Hujan diluar menjadi alasan terbesarku mengapa aku tak meninggalkan ruangan sore itu. Sunyi, sepi, sendiri. Hanya tiga kata yang paling dominan berada di otakku saat itu. Aku pun berusaha mencari-cari kesibukan di tengah-tengah kesunyian. Tak lama telepon genggamku berdering, dari Mr.x rupanya. Entah mengapa setiap kali aku menerima pesan singkat darinya jantungku serasa dibuat berdetak lebih cepat dari biasanya. Pertanda apakah itu? Entahlah.. Mungkin aku hanya terlalu berlebihan menanggapinya, yang jelas ada rasa yang tak biasa setiap kali dia menyapaku.
****
Hujan diluar rupanya sudah reda. Aku bergegas merapihkan buku-buku yang masih berserakan di meja. Tanpa berpikir panjang aku langsung bergegas menuju parkiran untuk mengambil kendaraan yang ku bawa. Sore itu... Entah mengapa hatiku seperti sedang dihujani seribu bunga. Sesaat setelah ku membalas pesan singkat darinya aku pun langsung mengendarai motorku. Seperti biasa layaknya ibukota yang sesungguhnya, tak ada lagi ruang kosong untuk menulis "jakarta tidak macet". Setibanya aku dirumah bukan handuk dan segelas susu hangat lagi yang menjadi prioritas utamaku, namun telepon genggamlah yang kini menjadi nomor satu. Pikiranku langsung terfokus pada pembicaraan di pesan singkat yang sempat tertunda itu.
****
Ku perhatikan kian lama obrolan ku dengannya semakin serius tak lagi seperti biasanya. Dia pun kini lebih sering memperhatikanku, menyanjungku, merayuku, menggombaliku dan menasihatiku. Perempuan mana yang tidak terkesima saat diperlakukan seperti itu oleh seorang pria sepertinya? Firasatku mengatakan bahwa dia juga memiliki perasaan lebih terhadapku. Namun.... Apakah iya? Apakah mungkin seorang dia dapat terpesona oleh ku? Otak pas-pasan wajah pun tak rupawan.
****
Hari ini hari senin, saat dimana semua fakultas dan program studi berkumpul jadi satu untuk melaksanakan upacara bendera. Mataku tak pernah bisa berhenti melihat ke sekeliling kampus. Berharap-harap cemas sekaligus tak kuat menahan getaran gejolak di dada. Sebenarnya aku penasaran akan keberadaannya tapi... aku juga malu jika aku harus bertemu dengannya. Saat ku memalingkan wajahku ke belakang rupanya aku melihat seorang pria yang postur tubuhnya sama sepertinya sedang berdiri di bawah pohon bersama seorang wanita. Hatiku pun saat itu seperti teriris. Namun aku berusaha meyakinkan diriku bahwa yang ku lihat itu bukan dia. Namun jika itu ternyata benar dirinya mungkin saja wanita itu adalah teman satu kelasnya. Aku pun berusaha untuk tetap bersikap tenang.
****
Upacara pun telah selesai. Aku ditemani oleh seorang temanku berniat untuk menyelidiki siapa sebenarnya pria dan wanita yang ku lihat tadi. Ternyata aku kehilangan jejak. Mereka sudah tidak ada di tempat. Dengan beribu rasa penasaran dan berjuta tanda tanya besar aku menuju kelasku. Dosen mata kuliah jam pertama ku pun telah tiba. Saatnya belajar..! Aku berusaha untuk melupakan sejenak pikiran yang sedang berkecambuk di otakku. Hari ini aku selesai kuliah pukul 16.30 wib. Aku memang sengaja memutuskan untuk pulang belakangan setiap hari senin karena jadwal yang padat ini cukup menguras tenaga dan pikiranku belum lagi ditambah dengan jalanan di ibukota yang selalu macet. Aku memutuskan untuk beristirahat di lobi sambil mendengarkan musik di telepon genggamku sekaligus memperhatikan keadaan di sekitarku. Ada yang mengerjakan tugas kelompok, Ada yang menyendiri bahkan Ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Perhatianku kini terpusat pada sepasang muda-mudi yang sedang duduk berdua di depan kampus. Aku pun semakin memperhatikan mereka dengan seksama. Sepertinya aku pernah melihat mereka... YA! Ternyata mereka bedua adalah orang yang ku cari pagi tadi. Tanpa pikir panjang aku pun berusaha mendekati keduanya. Ternyata itu adalah benar Mr.x dan si perempuan yang ku lihat pagi tadi. Hatiku kini benar-benar hancur. Air mata ini tak sanggup lagi untuk ku bendung. Kekesalan dan kekecewaan ini sudah sampai pada puncaknya. Aku segera meningkalkan kampus dan pulang kerumah.
****
Keesokan harinya aku berangkat ke kampus seperti biasa namun raut wajah dan ekspresiku yang tak biasa. Aku tidak bisa menutupi kegalauan yang ada dihatiku. Lantas selama ini apa maksudnya bersikap seperti itu kepadaku? Mungkinkah memang aku yang salah karena aku terlalu berlebihan menanggapi semua itu? Jika iya, lalu perempuan mana yang tidak akan luluh jika selalu dianggap lebih oleh laki-laki semacam itu? Bahkan tidak pernah absen untuk sekedar menanyakan kabarku. Jadi sebenarnya aku ini kau anggap siapa? (?)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar